Thailand Selidiki Penemuan 100 Tanaman Ganja di Kompleks Parlemen Pemerintahan

Parlemen Thailand melakukan penyelidikan terhadap tanaman ganja misterius yang berada di halaman kompleks parlemen. Dilansir , tanaman ganja itu ditemukan setelah badai menumbangkan pohon di kompleks tersebut. Sekretariat DPR kini tengah menyelidiki pelaku penanaman dan mengancam akan menyeretnya ke jalur hukum.

Pelaku dinilai telah melanggar undang undang. Tanaman ganja itu ditemukan pada Jumat lalu oleh mantan anggota parlemen dari Partai Demokrat, Watchara Phetthong dan mantan senator Somboon Thongburan, saat sedang memeriksa pohon beringin yang tumbang usai hujan lebat pada Rabu malam. Mereka menemukan sekitar 100 bibit tanaman ganja.

Beberapa tanaman berada dalam pot kecil, sedangkan lainnya ditanam di sekitar pohon besar di depan halaman DPR. Menurut laporan Bangkok Post , belum diketahui bagaimana bibit tanaman ganja itu bisa berada di kompleks pemerintahan serta pelaku yang menanam. Bibit itu telah dipindahkan oleh pihak kepolisian.

Juru bicara Sekretariat Parlemen, Yutthana Samphaongern, mengatakan rekaman CCTV sedang ditinjau. Tukang kebun dan penjaga lapangan juga sedang diperiksa terkait kasus ini. Ia yakin bibit itu ditanam setelah Rabu, karena pasti tidak akan kuat menahan badai hujan.

Sementara itu, Watchara menilai pelaku pasti berpengalaman dalam menanam tumbuhan tersebut. Namun kompleks parlemen menurutnya bukan tempat yang tepat untuk ganja. Meskipun telah didekriminalisasi di Thailand, ganja tetap dilarang di gedung gedung pemerintah, sekolah, dan kantor polisi.

Polisi Thailand didesak berhenti merokok ganja ketika berada di kantor. Menurut laporan pada 6 Juli 2022, Jenderal Suwat Chaengyodsuk dari Kepolisian Kerajaan Thailand dalam memonya, meminta polisi tidak merokok ganja saat berada di kantor sehingga tidak mempengaruhi opini publik terhadap aparat. Sejak pertengahan Juni lalu, Thailand melegalkan ganja dalam makanan dan minuman.

Thailand menjadi negara pertama di Asia yang melakukan hal tersebut. Kendati demikian, merokok ganja di tempat umum masih dianggap sebagai pelanggaran undang undang kesehatan masyarakat. Thailand, yang memiliki tradisi menggunakan ganja untuk menghilangkan rasa sakit dan kelelahan, melegalkan ganja obat pada tahun 2018.

Harapan utama Thailand menghapus ganja dari daftar zat narkotika adalah agar industri ini meningkatkan sektor pertanian dan pariwisata. Ganja juga diharapkan bisa memberikan peluang kerja baru bagi masyarakat. Sayangnya, pemerintah belum mengatur semua aspek tentang tata kelola industri ganja, termasuk penyertaan dalam makanan dan minuman olahan.

Penelitian dari Universitas Chulalongkorn menemukan bahwa beberapa minuman mengandung kadar THC, psikotropika yang merupakan senyawa utama dari ganja, melebihi batas yang diizinkan. Di saat yang sama, belum ada peraturan atau metode yang nyata untuk mengatur hal ini. Professor Dr. Kuakarun yang memimpin penelitian, mengungkapkan zat itu bisa berbahaya jika dikonsumsi berlebihan, lapor .

Perkembangan fisik, mental, dan emosional anak anak juga dapat terganggu dengan zat ini. Menurut studi yang dilakukan, sekitar 30 persen minuman ganja yang diuji mengandung kadar THC di atas yang diizinkan oleh UU yakni 0,015 mg per 100ml. Pengujian itu dilakukan secara acak di berbagai kategori minuman, termasuk kopi, teh, susu, dan lainnya.

Tinggalkan komentar